Tentangsinopsis.com – Sinopsis 18 Again Episode 15 Part 4, Yuk baca juga daftar lengkapnya, pastikan lihat di tulisan yang ini. Part untuk ketiganya cek Episode sebelumnya baca di sini.
Da Jung pulang saat Si Woo tengah menonton siaran tentang Piala Dunia 2002.
Si Woo senang ibunya sudah pulang.
Da Jung : Permainanmu bagus hari ini?
Si Woo : Tentu saja! Kami menang.
Da Jung : Benarkah? Bagus, Si Woo-ya.
Si Woo : Dan pelatih dari Universitas Hankuk ingin merekrutku. Jika kami menang babak final, mereka pasti akan merekrutku.
Da Jung bahagia mendengarnya.
Da Jung : Ini kabar baik, Nak.
Si Woo juga memberitahu Da Jung, kalau Woo Young juga menerima tawaran itu.
Da Jung terkejut, benarkah?
Si Woo : Tapi katanya dia tidak bisa pergi.
Da Jung : Kenapa?
Si Woo : Dia mungkin akan pergi. Tapi dia tidak memberitahuku kapan dan ke mana dia pergi.
Da Jung lalu mengalihkan pandangannya ke tv. Melihat siaran tentang piala dunia 2002, Da Jung teringat masa lalu.
Flashback…
Da Jung duduk di halte bersama kedua bayinya.
Satu bayinya dia peluk, dan yang satu lagi berada di stoller.
Dae Young di tempat kerjanya, mencoba meminjam uang pada bos nya. Tapi bos nya tidak mau meminjaminya uang.
“Kau bahkan tidak lulus kuliah. Bagaimana aku bisa percaya?”
Dae Young yang kecewa, lanjut bekerja. Dia membawakan minuman untuk pengunjung cafe tempatnya kerja. Tapi seorang pengunjung menabraknya. Bukannya minta maaf, pengunjung yang menabraknya malah cuek dan terus larut dalam sukacita piala dunia.
Dae Young mau membereskan gelas yang pecah. Tapi dia ditabrak lagi, sampai tangannya terluka terkena pecahan gelas.
Di bus, Dae Young hanya terdiam. Sementara di sekelilingnya larut dalam sukacita piala dunia.
Bus yang dinaiki Dae Young akhirnya berhenti di halte. Saat mau turun, Dae Young melihat Da Jung.
Melihat Da Jung, tangis Dae Young langsung pecah. Tak mau Da Jung melihatnya menangis, Dae Young pun tak jadi turun. Dia kembali duduk dan menutupi wajahnya dengan tangannya yang sudah diperban.
Da Jung melihat Dae Young. Dia ragu itu Dae Young.
Dae Young turun di halte berikutnya. Dia nangis.
Da Jung juga nangis di halte.
Flashback end…
Da Jung masuk ke kamarnya. Sampai di kamar, dia memikirkan semuanya. Setelah itu, dia meraih ponselnya dan menghubungi Dae Young.
Da Jung pergi ke atap. Di sana, Dae Young sudah menunggunya. Da Jung melihat Dae Young yang tersenyum bahagia menunggunya. Tapi Da Jung terlihat sedih.
Da Jung lantas mendekati Dae Young.
Da Jung : Selamat telah kembali ke masa jayamu.
Woo Young : Apa?
Da Jung : Si Woo memberitahuku bahwa Universitas Hankuk akan merekrutmu. Jika tim kalian memenangkan babak final, kau akan bisa mewujudkan impianmu sebelumnya.
Tapi Woo Young bilang akan melakukan apapun untuk mencari cara agar bisa kembali.
Da Jung : Bagaimana dengan impianmu?
Woo Young : Bagiku, kau dan anak-anak kita lebih penting daripada impianku.
Da Jung : Jadi, kau akan merelakan impianmu seperti sebelumnya?
Woo Young : Aku tidak akan menyerah.
Da Jung marah, lalu apa?
Da Jung : Inilah alasanku sangat gelisah. Aku tidak bisa melakukan ini lagi. Mari serius mengakhiri ini sekarang.
Woo Young : Jangan bicara omong kosong.
Da Jung : Tidak. Aku memanggilmu, aku bisa mengatakan ini kepadamu. Anak-anak kita sudah dewasa sekarang. Aku bisa mengurus mereka sendiri. Jadi, kau harus menjalani kehidupmu sendiri. Kau orang yang baik. Kau lebih dari pantas mendapatkannya.
Woo Young tak mau, Da Jung-ah.
Da Jung : Kau bisa tetap di sini dalam hidup mereka sebagai teman mereka seperti sekarang. Dan kita harus menjalani hidup kita sendiri.
Da Jung pun pergi. Woo Young menahan Da Jung. Tangis Woo Young pecah. Woo Young bilang ingin tetap di sisi Da Jung.
Da Jung juga nangis. Tapi dia kekeuh melepaskan Dae Young.
Da Jung : Lihat apa yang terjadi pada hidupmu saat kau melakukan itu. Sejujurnya, itu sangat sulit melihatmu bermain basket. Kau tampak sangat bahagia saat kau bermain basket. Itu membuatku bertanya-tanya apa yang akan terjadi jika aku tidak bilang aku hamil 18 tahun lalu. Aku terus memikirkan itu di benakku dan menyesalinya. Kau juga merasakan itu, kan?
Dae Young minta Da Jung memberinya kesempatan. Tapi Da Jung tak mau.
Da Jung : Kau sudah punya kesempatan sekarang. Jangan melewatkan kesempatan itu, Woo Young-ah.
Da Jung lalu pergi.
Tangis Dae Young kian pecah.
Dibawah, Da Jung juga menangis.
Dae Young lalu pergi ke Serim. Dia mau kembali. Karena itulah, dia memasukkan banyak bola ke ring. Setelah memasukkan bola ke ring, dia menatap cermin kecil yang sengaja ditaruhnya disana tapi dia masih menjadi Woo Young.
Dae Young pun terduduk lemas dan marah.
Dae Young : Kenapa aku tidak bisa kembali? Kenapa tidak? Kumohon!
Bersambung…
Epilog :
Nyonya Hong menghubungi Da Jung saat Da Jung menangis sendirian di halte.
Nyonya Hong : Ada apa dengan suaramu? Apa terjadi sesuatu?
Da Jung : Tidak. Tidak terjadi apa-apa.
Nyonya Hong : Da Jung-ah, kembalilah bersama anak-anakmu jika terlalu sulit.
Da Jung : Tidak. Dae Young mengurus kami dengan baik. Aku baik-baik saja.
Da Jung menyudahi pembicaraan mereka.
Dae Young di halte berikutnya, menangis pilu.
Terdengar narasi Da Jung.
Da Jung : Kau di usia 20 tahun menangis karena patah hati dengan penderitaanmu sendiri dan oleh orang yang tidak berperasaan. Mereka membuatmu menangis. Aku ingin menghiburmu dengan memberitahumu agar tidak berusaha keras saat kau menangis.
Da Jung kemudian mulai beranjak dari halte. Tapi Dae Young tiba-tiba datang dengan senyum di wajahnya.
Terdengar lagi narasi Da Jung.
Da Jung : Tapi kau berusaha dan tersenyum. Dan aku tidak ingin membuatmu menangis.
Dae Young mengelus kepala Da Jung. Saat itulah Da Jung melihat tangan Dae Young di perban.
Da Jung : Kau baik-baik saja?
Dae Young : Ini? Aku baik-baik saja. Ini hanya luka kecil.
Narasi Da Jung terdengar lagi.
Da Jung : Saat seluruh dunia berpaling darimu, aku percaya padamu. Kita penuh luka. Tapi kita bintang paling terang untuk satu sama lain.
