Tentangsinopsis.com – Sinopsis 18 Again Episode 15 Part 2, Apakah Kalian menyukai ceritanya? Baca selengkapnya pada daftar lengkap di tulisan yang ini. Jika ingin melihat bagian pertamanya dari Episode sebelumnya baca di sini.
Woo Young dan Ji Ho duduk di depan sebuah toko. Sepertinya tak terlalu jauh dari rumah Dae Young.
Ji Ho masih tak percaya Woo Young adalah Dae Young.
Woo Young juga tak percaya, Ji Ho akhirnya tahu siapa dia.
Ji Ho lalu minta maaf. Dia bilang dia bersikap kasar karena tak tahu siapa Woo Young.
Woo Young : Tidak. Kau tidak pernah kasar kepadaku.
Ji Ho lalu berdiri dan meminta maaf dengan sopan.
Woo Young menyuruh Ji Ho duduk dan berhenti minta maaf.
Ji Ho pun duduk. Woo Young tanya, bagaimana Ji Ho bisa tahu.
Ji Ho : Begini, aku punya video hari olahraga di sekolah dasarku. Aku ingat video itu dan menontonnya. Dan wajahmu…
Woo Young : Begitu rupanya.
Ji Ho : Aku masih belum yakin saat itu, tapi aku melihat kalian saling berpelukan.
Woo Young menghela nafas.
Ji Ho : Aku bisa mencegah Si A melihat itu. Tapi dia hampir memergokimu.
Woo Young menghela nafas.
Woo Young : Tapi Ji Ho-ya, itu berarti kau berkencan dengan putriku sampai sekarang.
Woo Young menatap sengit Ji Ho.
Ji Ho langsung menjelaskan kalau hari itu adalah kencan pertama mereka.
Ji Ho takut menatap wajah sengit Woo Young.
Tapi Woo Young kemudian tersenyum.
Woo Young : Beri tahu aku jika kau butuh uang saku lebih. Aku akan memberimu uang karena menjaga rahasiaku.
Ji Ho senang dan mengucapkan terima kasih.
Ji Ho : Tapi ahjussi, kembali ke dirimu yang lama akan sulit bukan?
Woo Young terdiam dan menghela nafasnya.
Ji Ho teringat saat tadi dia dan Si A hampir sampai di rumah. Dia melihat Woo Young memeluk Da Jung di depan rumah.
Tak mau Si A melihatnya, Ji Ho pun langsung mengalihkan perhatian Si A.
Ji Ho : Si A-ya, mari memutari rumahmu sekali lagi. Aku belum ingin berpisah.
Si A tersenyum, baiklah.
Tapi begitu berbalik, ada ayah dan putrinya melintas.
Si A langsung teringat ayahnya.
“Mereka tampak bahagia bersama. Aku selalu kejam kepada ayahku. Saat dia menelepon, aku tidak menjawabnya karena itu merepotkan. Setiap kali kami bersama, aku marah. Saat dia mentraktirku makan tempo hari, aku mengundang teman-temanku karena tidak mau dia mengomeliku. Jika aku tahu akan sulit bertemu ayahku lagi, aku akan lebih baik kepadanya.” ucap Si A.
Ji Ho lalu memberitahu Woo Young, bahwa Si A menunggu Dae Young.
Mendengar itu, Woo Young tambah sedih.
Ae Rin yang tengah bekerja, dihubungi seseorang.
Ae Rin : Kenapa dia menghubungiku?
Ae Rin tampak malas-malasan menjawab teleponnya.
Ae Rin : Apa? Kantor polisi?
Teman Ae Rin yang berkuteks hitam ternyata di kantor polisi.
Dia sedang diinterogasi polisi.
“Kau yakin hanya ini? Tidak ada yang lain?” tanya detektif.
“Tidak, itu saja.” jawab temannya Ae Rin.
“Kau harus mengaku sekarang.” ucap detektif.
Lalu Ae Rin datang dan langsung memberikan kartu namanya pada detektif.
Ae Rin : Aku Pengacara Chu Ae Rin dari Firma Hukum Taebaek. Ada apa ini?
Teman Ae Rin bilang dia difitnah.
Detektif menjelaskan, kalau temannya Ae Rin terus meninggalkan komentar jahat pada mereka yang melakukan siaran langsung dan mereka sedang bersatu menuntut temannya Ae Rin.
Ae Rin kaget, komentar jahat?
“Aku tidak menulisnya untuk tujuan itu. Mereka merasa bersalah karena itu mereka berlebihan. Tolong bantu aku.” pinta temannya.
Ae Rin pun meminta bukti komentar jahatnya pada detektif.
Detektif memberi dokumen tebal pada Ae Rin.
Ae Rin kaget, dia menulis sebanyak ini?
“Mereka sangat kesal. Mereka mencari julukan dan alamat IP-nya dan mengumpulkan semua yang dia tulis.”
Temannya Ae Rin menulis komentar jahat atas nama Paku Hitam.
Ae Rin menemukan komentar jahat soal Da Jung.
“Aku satu SMA dengan Jung Da Jung dan dia hamil saat SMA.”
Ae Rin pun marah.
Ae Rin : Kau selalu kejam pada Da Jung sejak kita masih muda. Apa masalahmu dengannya?
Temannya Ae Rin pun mengaku kalau dia selalu membenci Da Jung.
“Selain itu, sebelum Jung Da Jung muncul, kita berteman baik. Jika bukan karena dia, kau dan aku tidak akan menjauh. Saat aku melihat dia kesulitan dalam hidup, kupikir dia dihukum, jadi, aku mencoba memaafkannya. Tapi dia menjadi pembaca berita dan tampil di TV, bersikap seolah dia baik dan pintar. Aku tidak tahan saat melihatnya pura-pura. Aku ingin semua orang tahu betapa serakah dan egois dia itu.”
“Kurasa istilah egois lebih cocok untukmu.”
“Apa?”
“Kau tahu, aku percaya saat membela seseorang. Aku mencoba menerima orang yang tidak berguna dengan hatiku. Tapi aku tidak bisa menerima orang yang menghina temanku. Kau bisa mencari pengacara lain, atau kau bisa berdamai.”
Ae Rin pergi.
Temannya berteriak, hei! Kenapa kau hanya peduli padanya! Aku juga temanmu, sial!
Ki Tae datang.
Mendengar itu, Ae Rin langsung berbalik.
Ae Rin : Kau ingat saat para gadis dari sekolah lain menindasku?
Flashback…
Ae Rin diganggu siswi sekolah lain. Dua sohibnya lewat, tapi mereka malah kabur bukan membantu Ae Rin. Da Jung kebetulan melihat itu dan bergegas menolong Ae Rin.
Flashback end…
Ae Rin : Kau tidak bisa disebut teman saat mereka mengabaikanmu saat kau dalam masalah.
Temannya Ae Rin bilang itu sudah berlalu.
Ae Rin makin kesal, apa yang terjadi saat itu dan yang terjadi sekarang. Jangan asal bicara dan mengatakan kita teman. Aku akan menuntutmu karena menyebarkan informasi palsu.
Ae Rin beranjak pergi.
Bukannya tobat, temannya Ae Rin malah semakin membenci Da Jung.
Anggota tim basket Serim lagi rapat bersama pelatih baru mereka.
Pelatih : Selamat memenangkan semifinal.
Para anggota tim basket pun bersorak gembira.
Pelatih : Kalian harus beristirahat sampai jumpa saat latihan.
Anggota tim basket bubar. Pelatih memanggil Woo Young dan Si Woo.
Pelatih bilang, pelatih di Universitas Hankuk sangat terkesan dengan Woo Young dan Si Woo.
Pelatih : Jika kita menang babak final, Universitas Hankuk ingin merekrut kalian. Lakukanlah yang terbaik.
Si Woo dan Woo Young senang.
Woo Young : Bukankah Universitas Hankuk adalah sekolah yang kau incar? Ini hebat, Si Woo-ya.
Tapi Si Woo ingin ke Universitas Hankuk bersama dengan Woo Young.
Woo Young langsung terdiam.
Si Woo lalu menyuruh Woo Young pergi duluan karena dia mau menelpon seseorang.
Sudah diduga, yang dihubungi Si Woo adalah Dae Young.
Woo Young langsung menatap ke arah Si Woo begitu melihat nama Si Woo di layar ponsel Dae Young.
Woo Young : Ya, Si Woo-ya.
Si Woo dengan antusias minta ayahnya datang ke babak final pertandingannya yang digelar pekan depan.
Woo Young bilang dia mau pergi, tapi….
Mendengar itu, Si Woo langsung paham.
Si Woo : Benar juga. Ayah sibuk belakangan ini, kan? Tidak apa-apa jika tidak bisa datang.
Si Woo yang kecewa langsung mutusin panggilannya.
Woo Young pun bergegas menghampiri Si Woo. Si Woo kaget melihat Woo Young belum pergi.
Woo Young bilang ingin pergi dengan Si Woo.
Woo Young : Kau tampak sangat kesal.
Si Woo : Sejujurnya, aku menjadi tertarik dengan basket karena ayahku. Ayahku adalah andalan tim basket SMA Serim, tapi setelah aku lahir, dia berhenti bermain. Itu sebabnya aku ingin meraih impian ayahku untuknya. Tapi aku takut dia akan kecewa jika aku buruk, jadi, aku berpura-pura tidak peduli tentang basket.
Woo Young terhenyak mendengarnya.
Woo Young : Aku tidak tahu kau berpikir begitu.
Si Woo : Aku ingin memberitahunya saat aku cukup baik. Itu sebabnya saat aku masuk ke tim basket, ayahku adalah orang pertama yang kuhubungi. Aku ingin dia melihatku bermain di babak final, jadi, aku berlatih sangat keras. Tapi dia bilang tidak bisa datang.
Woo Young terdiam mendengarnya.
Ja Sung tiba-tiba datang. Dia bilang ayahnya juga tak bisa datang karena sibuk.
Ja Sung : Kenapa kalian tampak sedih padahal kita menang?
Ja Sung lalu mengajak mereka ke warnet untuk melepas penat.
Si Woo kaget, aku juga?
Ja Sung mengiyakan, lalu tanya apa Si Woo gak mau.
Si Woo langsung menerima ajakan Ja Sung.
Si Woo juga mengajak Woo Young. Tapi Woo Young bilang ada yang harus dia urus.
Ja Sung : Kau selalu bersikap seolah-olah sangat sibuk.
Woo Young menyuruh Si Woo bersenang-senang.
Ja Sung pun mengajak Si Woo pergi.
Bersambung ke part 3…