Tentangsinopsis.com – Sinopsis 18 Again Episode 13 Part 3, Untuk Kamu nih gaes wajib baca daftar lengkapnya juga di tulisan yang ini. Bagian part 2 nya ada di Episode sebelumnya baca di sini.
Ji Hoon dan Da Jung mulai berjalan menuju mobil. Tanpa mereka sadari, Reporter Kim diam-diam memotret mereka.
Reporter Kim menguntit Ji Hoon dan Da Jung sampai ke toko sepatu.
Untungnya Ji Hoon mengetahuinya dan langsung merampas kamera Reporter Kim. Reporter Kim kaget ketahuan Ji Hoon. Dia semakin tak bisa berbuat apa-apa saat Ji Hoon merampas kartu memorinya.
Reporter Kim : Hai, Pak Ye. Kau pasti takut akan ada skandal.
Ji Hoon : Skandal? Sebagian besar artikel yang kau tulis tentangku palsu. Kau pasti yang paling tahu. Jika aku menuntutmu atas pencemaran nama baik, siapa yang akan membaca artikelmu?
Reporter Kim : Kau mengancamku?
Ji Hoon : Benar. Ini ancaman. Jika kau menulis artikel tentang Bu Jung, aku akan menuntutmu dan agensimu. Ini peringatan. Aku tidak akan membiarkannya kali ini.
Reporter Kim takut dan akhirnya menyerah.
Da Jung keluar dari toko sepatu dan langsung masuk ke mobil Ji Hoon. Da Jung minta maaf sudah membuat Ji Hoon menunggunya.
Ji Hoon bilang tak perlu minta maaf karena ia suka menunggu.
Ji Hoon : Omong-omong, aku lihat kau lebih sering memakai sepatu formal. Jika tahu, seharusnya kubelikan sepatu formal, bukan sepatu olahraga.
Da Jung : Sepatu yang kuperbaiki dari penggemar nomor satuku. Bukankah itu darimu?
Ji Hoon : Dari penggemar nomor satumu?
Da Jung : Benarkah itu bukan darimu?
Ji Hoon : Tidak. Itu sungguh bukan dariku.
Da Jung pun bertanya-tanya, dari siapa sepatu itu.
Da Jung lalu melupakan hal itu dan tanya Ji Hoon mau membawanya kemana.
Ji Hoon hanya tersenyum, lalu melajukan mobilnya.
Ji Hoon membawa Da Jung ke tempat dulu mereka melihat bunga sakura.
Da Jung : Kita pernah kesini.
Ji Hoon : Benar. Saat itu, cuacanya agak dingin.
Da Jung : Sudah lama waktu berlalu sejak saat itu. Saat itu, ada banyak bunga sakura. Kau ingat membuat permohonan di sini?
Da Jung ingat. Saat itu, Ji Hoon berhasil menangkap kelopak bunga sakura.
Ji Hoon disuruh Da Jung membuat permohonan. Tapi Ji Hoon gak kasih tahu apa permohonannya saat itu. Dia bilang rahasia.
Da Jung tanya, apa harapan yang Ji Hoon buat saat itu menjadi kenyataan.
Ji Hoon gak jawab dan malah minta Da Jung ngulurin tangan. Ji Hoon bilang dia mau memberikan permohonannya.
Da Jung ngulurin tangan dan Ji Hoon meletakkan cincin di tangan Da Jung. Da Jung kaget.
Ji Hoon : Aku berharap bahwa kau hanya akan tersenyum di masa depan. Aku sangat suka saat kau tersenyum. Setelah kejadian kakakku, tidak ada orang di sampingku. Tidak ada yang mendengarkanku atau mencemaskanku.
Ji Hoon lalu tanya apa ada orang yang dipikirkan Da Jung saat kesulitan.
Da Jung pun teringat Dae Young.
Ji Hoon bilang pada Da Jung, bahwa Da Jung lah orang pertama yang terlintas di benaknya setiap terjadi sesuatu padanya belakangan ini.
Ji Hoon : Aku ingin menjadi orang seperti itu bagimu. Aku ingin jadi yang pertama yang kau pikirkan saat kau kesulitan. Aku ingin kau bahagia. Aku akan membuatmu bahagia. Aku menyukaimu, Da Jung-ssi.
Da Jung pun kaget Ji Hoon ‘menembaknya’. Dia tak menyangka, dia lah wanita yang disukai oleh Ji Hoon.
Da Jung lalu minta maaf. Dia bilang Ji Hoon orang yang baik tapi ini bukan karena Ji Hoon.
Ji Hoon tanya, apa karena dia?
Da Jung mengembalikan cincin Ji Hoon dan minta maaf lagi.
Dia lalu pamit dan bergegas pergi.
Ji Hoon hanya bisa terdiam sedih menatap kepergian Da Jung.
Da Jung berjalan menyusuri jalanan dengan wajah lesu.
Tanpa ia sadari, Dae Young menjaganya dari seberang jalan.
Dia lalu menghubungi Da Jung. Dia bilang dia sudah melihat iklan ‘Pasangan Dalam Krisis’.
“Mereka mengganti pewartanya.”
“Lalu?”
Dae Young bilang dia khawatir.
Da Jung marah dan menuding Dae Young hanya pura-pura khawatir.
Dae Young pun kaget dengan reaksi Da Jung.
Da Jung : Kau tidak pernah ada saat aku kesulitan. Kau tidak pernah datang ke pengadilan dan saat anak-anak kita sakit, kau bilang itu bukan masalah besar.] Mendadak kau menelepon ingin bertemu, tapi kau tidak pernah muncul.
Dae Young mau menjelaskan, tapi Da Jung tak memberinya kesempatan bicara.
Da Jung bilang dia tahu Dae Young tak di Busan.
Da Jung : Meski kita berpisah, setengah dari hidup kita habiskan bersama. Aku tidak menyadarinya, tapi kurasa masa-masa itu sangat penting bagiku. Kapan pun hal baik atau hal buruk terjadi kepadaku, kau selalu menjadi orang pertama yang terlintas di benakku. Tapi bagaimana denganmu? Kau tidak pernah ada untukku.
Dae Young : Da Jung-ah.
Da Jung : Jadi jangan menghubungiku seolah-olah kau khawatir karena kewajiban.
Da Jung mau memutus panggilan Dae Young, tapi Dae Young langsung mengatakan kalau dia selalu berada di sisi Da Jung. Da Jung tak percaya dan minta Dae Young berhenti berbohong.
Da Jung bilang, dia sudah lelah untuk kecewa.
Da Jung memutus panggilan Dae Young.
Woo Young mau nyamperin Da Jung. Dia mau menjelaskan semuanya, tapi dia gak bisa menyebrang karena mobil yang lalu lalang cukup kencang di depannya.
Akhirnya Woo Young hanya bisa terdiam menatap Da Jung.
Da Jung kemudian menerima telepon. Usai menerima telepon, dia langsung pergi.
Si A tengah dimarahi pemilik toserba. Si A bilang bukan dia yang melakukannya. Pemilik toserba lalu bertanya, kenapa uangnya bisa hilang. Ternyata pemilik toserba menuduh Si A mencuri uang toserba.
Da Jung datang dan kecewa menatap Si A.
Da Jung lalu menemui pemilik toserba dan mengenalkan diri sebagai ibu Si A.
Da Jung kemudian tanya apa yang terjadi.
Pemilik toserba bilang Si A mencuri uang toserba.
Si A membantah, bukan aku!
Da Jung sambil menahan rasa kesal, menyuruh Si A diam.
Da Jung lalu meminta rekaman CCTV.
Pemilik toserba bilang, CCTV nya lagi rusak.
Pemilik toserba lalu yakin kalau Si A pencurinya karena Si A satu-satunya pegawai yang bekerja hari itu.
Da Jung : Pak, aku yakin kau terkejut, tetapi kurasa Si A tidak akan mencuri uang darimu. Jangan berasumsi anakku mencurinya, coba cari sekali lagi dan hubungi aku. Jika kau masih tidak bisa menemukannya, aku akan bertanggung jawab dan mengganti kerugianmu.
Da Jung lalu memberikan kartu namanya dan minta maaf sekali lagi.
Diluar, Da Jung memarahi Si A. Dia tanya kenapa Si A melakukannya. Si A minta maaf dan menjelaskan kalau bukan dia pencurinya.
Da Jung bilang dia tahu soal itu. Tapi yang dipermasalahkan Da Jung bukan soal hilangnya duit toserba dan Si A menjadi tersangkanya.
Da Jung : Tapi kenapa kau menyembunyikan fakta bahwa kau bekerja paruh waktu?
Si A : Sejujurnya, aku ingin masuk akademi kosmetik, jadi aku menabung.
Da Jung : Akademi kosmetik? Kau tertarik dengan riasan?
Si A : Ya.
Da Jung : Kau pikir ibu tidak bisa membiayai kelasmu, jadi, kau bekerja paruh waktu diam-diam?
Si A bilang bukan karena itu tapi karena dia hanya mau melakukannya sendiri.
Bukannya bangga tapi Da Jung terus memarahi Si A.
Da Jung : Sendiri? Bagaimana anak 18 tahun bisa melakukan apapun sendiri. Ibu akan membayar kelasmu jadi, segeralah berhenti dari pekerjaan paruh waktumu. Bagaimana kau akan bersiap untuk kuliah sambil bekerja paruh waktu?
Si A bilang tak akan kuliah.
Da Jung tambah marah, Hong Si A. Saat memasuki dunia nyata, seterampil apa pun kau, orang akan menilaimu berdasarkan universitas yang kau hadiri. Mereka bahkan tidak akan melirik, jadi, kenapa kau tidak kuliah?
Si A : Kenapa ibu marah tanpa mendengarkanku? Aku sudah memeriksanya selama setahun dan aku memikirkannya baik-baik sebelum memutuskan. Ibu tidak tahu apa pun tentang bidang ini. Aku akan mengurusnya sendiri, jadi, jangan ikut campur jika tidak mengerti.
Da Jung : Jangan ikut campur? Ibu bekerja keras untuk memastikan kau bisa belajar, makan, dan melakukan semua keinginanmu. Tapi kenapa kau berkata begitu kepadaku?
Si A : Maksud ibu alasan ibu hidup seperti ini karena aku? Aku tahu! Aku lahir karena kesalahan yang ibu dan ayah buat! Itu sebabnya aku berusaha tidak membebani ibu.
Woo Young yang mendengar itu, terdiam menatap mereka.
Si A : Memang benar aku beban dalam hidup ayah dan ibu. Ibu tidak tertarik kepadaku jadi, berhentilah berpura-pura peduli sekarang.
Si A lalu pergi.
Da Jung hanya bisa terdiam memandangi kepergian Si A dengan perasaan kesal juga sedih.
Lalu Dae Young tiba-tiba datang dan menenangkan Da Jung. Dae Young gak ngerti kenapa Si A bisa bersikap seperti itu pada Da Jung.
Dae Young : Kau pasti terkejut. Kurasa Si A salah paham. Aku akan bicara dengannya. Jangan khawatir dan pulanglah.
Dae Young lalu memeluk Da Jung.
Dae Young : Tidak apa-apa. Dia tidak tahu apa yang kau lalui untuk membesarkannya. Gadis yang tidak tahu terima kasih.
Tapi itu semua hanyalah bayangan. Kenyataannya Da Jung hanya berdiri sendirian. Entah bayangan Dae Young atau Da Jung.
Dae Young mau menghampiri Da Jung tapi saat dia melihat pantulan wajahnya di kaca mobil seseorang, dia terdiam. Dia tak bisa menghampiri Da Jung sekarang karena dia adalah Woo Young.
Di kamar, Nyonya Hong membaca di internet soal Da Jung yang akan digantikan Aktris Kim Bit Na.
Nyonya Hong langsung menatap Da Jung. Dia mau menanyakan itu, tapi gak jadi karena melihat Da Jung terduduk diam di meja makan.
Si A hampir sampai di rumah. Dia pun terdiam melihat ibunya menunggunya di depan rumah.
Si A dan Da Jung bicara empat mata.
Da Jung : Kau pasti kesal.
Si A : Apa?
Da Jung : Ibu bahkan tidak mencoba mendengarkanmu. Maaf karena ibu marah. Tapi Si A-ya, ibu tidak melihatmu sebagai anak yang tidak sengaja ibu miliki. Bagi ibu, kau adalah anugerah terbesar dalam hidup ibu. Kau harus tahu itu.
Si A : Maafkan aku, ibu.
Da Jung bilang tak apa.
Da Jung lalu memeluk Si A.
Da Jung : Ibu akan selalu mendengarkanmu sekarang. Jadi, apa pun itu, katakan saja. Ibu selalu penasaran tentang apa yang kau pikirkan dan apa aspirasimu. Ibu sungguh peduli.
Si A mengangguk. Da Jung lantas melepas pelukannya dan menatap Si A.
Da Jung : Untuk kuliah, ibu salah. Saat masih muda, ibu kurang berpendidikan untuk melakukan apa yang ibu inginkan Mendengarmu berkata kau tidak mau kuliah membuat ibu takut tapi ibu sudah memeriksanya. Dan ternyata pengalaman kerja lebih penting untuk penata rias.
Si A langsung senang, ya. Alih-alih kuliah, aku akan mengambil sertifikat merias dan memoles keahlianku dengan menambah pengalaman kerja. Mulai tahun depan, aku akan bersiap dan mengikuti kontes. Jika dapat penghargaan dari kontes, aku lebih cepat dipekerjakan.
Da Jung pun memberi restu Si A melakukannya dengan syarat, Si A harus berhenti kerja.
Si A setuju.
Lalu Nyonya Hong datang sambil menenteng kresek hitam.
Nyonya Hong : Kalian berdua sudah berbaikan?
Da Jung : Ibu dari mana?
Nyonya Hong : Begini, ada sesuatu yang bisa menghiburmu. Bersulang!
Nyonya Hong menunjukkan bir yang baru dibelinya.
Nyonya Hong : Bagaimana kalau kita bertiga minum?
Si A : Termasuk aku?
Nyonya Hong : Ada nenek dan ibu yang melihat. Tidak apa-apa. Minum bir saja.
Si A : Ibu, boleh aku melakukannya?
Da Jung tak langsung menjawab untuk menggoda Si A. Beberapa saat kemudian, dia tersenyum dan mengiyakan.
Da Jung : Mari berpesta di antara kita, para gadis.
Si A senang, mengejutkan. Ibu tidak pernah mengizinkan!
Bersambung ke part 4…