Tentangsinopsis.com – Sinopsis 18 Again Episode 13 Part 2, Baca untuk daftar lengkap terletak di tulisan yang ini. Bisa juga membaca langsung untuk Episode sebelumnya baca di sini.
Woo Young mengejar Da Jung keluar. Woo Young mengajak Da Jung bicara. Da Jung pun akhirnya berhenti melangkah. Dia berbalik dengan kesal dan mengajak Woo Young bicara juga.
“Kau tahu tingkah lakumu kemarin tidak pantas, bukan?”
Woo Young mau menjelaskan, tapi Da Jung tak memberikan kesempatan Woo Young bicara.
Da Jung bilang, jika sikapnya membuat Woo Young salah paham, maka ia akan minta maaf sebagai orang dewasa.
“Tapi mulai sekarang, aku tidak mau bertemu denganmu lagi. Jika kita tidak sengaja bertemu seperti hari ini, mari kita saling menghindar.”
Da Jung mau pergi, tapi ditahan Woo Young.
Da Jung bersikap tegas. Dia bilang, itu peringatan. Jika Woo Young tidak menurutinya, maka Deok Jin akan bicara dengan pihak sekolah dan mereka akan memikirkan rencana lain.
Woo Young pun tak bisa apa-apa lagi dan membiarkan Da Jung pergi.
Si A sedang membersihkan papan tulis. Dia berjinjit agar bisa menghapus tulisan paling atas. Tiba-tiba, seseorang datang dan memegang penghapusnya. Si A pun berhenti menghapus dan berbalik. Ternyata Ji Ho. Si A langsung menurunkan tangannya.
“Apa yang kau lakukan?”
“Membantumu. Aku lebih tinggi darimu.”
“Kau menggodaku karena pendek?”
Si A lalu beranjak ke mejanya.
Young Sun datang dan meminta teman-temannya mengisi survei karir yang dibawanya.
Teman-temannya mulai duduk.
Ji Ho menatap kertas surveinya dan teringat percakapannya dengan Si A saat di rumah sakit.
Mereka duduk di atap gedung saat itu. Si A dirawat karena mengalami kram perut. Woo Young lah yang langsung melarikan Si A ke rumah sakit saat Si A pingsan di sekolah.
Mereka tak hanya berdua di atap gedung, tapi ada beberapa dokter juga yang sedang melepas penat disana.
“Mantel putih itu tampak sangat keren. Bukankah begitu?” ucap Si A pada Ji Ho.
Karena itulah, Ji Ho menuliskan ingin menjadi dokter di kertas surveinya.
Ja Sung bingung harus menulis apa. Tiba-tiba, dia tersenyum dan mulai menulis.
Ternyata Ja Sung ingin menjadi pemilik gedung.
Bu Ok bilang, dia fikir Ja Sung mau menjadi pemain basket.
Ja Sung menjawab kalau olahraga itu untuk masa muda. Hidup ini panjang jadi ia harus berpikir jauh dan panutannya adalah Seo Jang Hoon dan ia ingin masuk almamater Seo Jang Hoon.
Bu Ok : Begitu rupanya. Tapi nilaimu…
Berikutnya giliran Bo Bae. Bo Bae bilang mau menjadi model.
Bu Ok tanya berapa tinggi Bo Bae.
Bo Bae bilang tingginya 161 cm dan ia akan menjadi model untuk Pekan Mode Milan.
Bu Ok tak yakin Bo Bae bisa melakukannya karena tinggi Bo Bae yang masih kurang.
Young Sun ingin jadi pegawai negeri.
Young Sun : Aku tidak peduli apa jurusanku. Tapi karena aku harus pergi, bisa sarankan aku sekolah dengan kampus bagus?
Bu Ok pun kesal mendengar jawaban murid-muridnya. Dia gak ngerti kenapa murid-muridnya begitu semua. Dia bahkan sampai ngipas-ngipasin dirinya pakai kertas survei saking kesalnya.
Si A bilang tak mau kuliah.
Woo Young yang duduk di depan ruangan Bu Ok kaget dan langsung menatap Si A.
Bu Ok tanya, apa Si A sama sudah bicara soal ini sama orang tua.
Si A : Belum.
Bu Ok : Memang bagus kau tahu apa yang ingin kau lakukan, tapi aku ingin kau membahas ini dengan orang tuamu karena itu masalah penting.
Si A mengerti, baiklah.
Woo Young menghampiri Si A yang duduk di lapangan.
Woo Young tanya, apa Si A serius gak mau kuliah.
Si A kaget dan tanya, bagaimana Woo Young tahu.
“Aku bertemu Bu Ok setelahmu. Kudengar kau bicara dari luar.”
Woo Young lalu tanya, apa rencana Si A jika tak mau kuliah. Apa Si A punya hal lain untuk dilakukan.
Si A : Kenapa kau ingin tahu?
Woo Young : Kenapa tidak? Kini kita teman baik.
Si A : Tentu. Lagi pula, itu bukan rahasia.
Si A lalu cerita dengan antusias kalau dia ingin menjadi penata rias.
Woo Young : Orang yang memakaikan riasan ke orang?
Si A : Menyebalkan karena orang hanya memikirkan itu. Itu lebih dari sekadar memakaikan riasan. Riasan mungkin tampak sederhana, tapi ada riasan untuk iklan, pernikahan, foto, dan efek khusus. Ada banyak sekali sub-kategori.
Woo Young dan Si A sama-sama tersenyum.
Woo Young : Kau sepertinya sangat menyukainya.
Si A : Ya, sangat menyukainya.
Da Jung dan Ja Young di depan lift. Melihat Da Jung gelisah, Ja Young memanggil Da Jung. Awalnya Da Jung tak mendengar. Ja Young pun memanggil sekali lagi. Barulah Da Jung menoleh. Ja Young tanya ada apa.
Da Jung bilang bukan apa-apa.
Yu Mi datang. Ja Young menyapa Yu Mi tapi Yu Mi, jangan menjawab, melirik Ja Young saja tidak. Dia justru menyapa Ji Na yang berdiri di belakang Da Jung dan Ja Young.
Ja Young kesal.
“Da Jung-ah, dia mengabaikan kita bukan?”
“Pasti karena ada banyak orang.”
“Dia bersikap seolah-olah dekat dengannya. Menyebalkan sekali.”
Di lift, Ja Young menggerutu sambil menatap sebal Yu Mi. Dia masih kesal karena tadi dicueki Yu Mi.
Tanpa Yu Mi sadari, seorang pria yang berdiri di belakang Yu Mi, mengarahkan kamera ponselnya ke bagian dalam rok Yu Mi.
Da Jung yang kebetulan melihat itu, langsung memberi pelajaran pada pria kurang ajar itu. Dia memelintir tangan si pria mesum, lalu merebut ponselnya.
Sontak orang2 di lift pada kaget melihat aksi Da Jung.
Pintu lift terbuka. Sambil memelintir pria itu, Da Jung menyeretnya keluar. Tapi pria mesum itu malah menyebut Da Jung wanita gila dan menyuruh org2 menghentikannya.
Yu Mi kesal melihat Da Jung.
“Apa yang dia lakukan? Orang-orang melihat!”
Ja Young membela Da Jung.
“Kau tanya kenapa? Dia diam-diam merekam videomu.”
Yu Mi kaget, apa katamu?
Da Jung akhirnya melepaskan pria itu.
Pria itu marah, kalian pembaca berita baru, kan? Tidak ada gunanya mencari masalah denganku.
Ji Na menghentikan mereka. Ji Na marah dan memberitahu Da Jung, Ja Young dan Yu Mi kalau pria mesum itu adalah produser yang akan menilai mereka.
Mereka kaget.
Ji Na minta maaf pada pria itu. Pria itu bernama Pak Yang.
“Semuanya baru, mereka pasti tidak mengenali wajahmu. Harap memaklumi mereka.”
Tapi Pak Yang tak terima dan malah mengatakan dia sudah dipermalukan di depan org.
Ji Na menyuruh Da Jung minta maaf. Yu Mi mau minta maaf tapi dilarang Da Jung.
“Jangan minta maaf! Periksa ponselnya dan jika itu tidak benar, kau bisa minta maaf kepadanya.”
Yu Mi memeriksa ponsel Pak Yang. Dia pun kaget melihat isi ponsel Pak Yang.
Ja Young juga ikutan melihat dan kaget.
Orang2 di sekeliling Da Jung juga bukan membantu Da Jung malah mengatai Da Jung. Mereka bilang bagaimana bisa Da Jung begitu terhadap produser.
Polisi akhirnya datang dan membawa Pak Yang pergi.
Setelah Pak Yang dibawa pergi, Da Jung mengajak Ja Young dan Yu Mi masuk. Tapi baru mau berjalan, Da Jung hampir jatuh. Ternyata hak sepatu Da Jung patah.
Ja Young : Itu buruk. Bukankah itu dari penggemar nomor satumu?
Da Jung : Tidak apa-apa. Aku bisa pergi ke bengkel sepatu nanti.
Ja Young : Kau punya sepatu untuk berganti?
Da Jung : Ya. Aku baik-baik saja.
Yu Mi : Kenapa kau tidak membiarkanku minta maaf dan mengakhirinya? Dia produser yang menilai kita.
Da Jung : Kwon Yu Mi-ssi, meski dia CEO perusahaan ini dan bukan hanya produser, kau tetap korban. Kenapa korban harus meminta maaf?
Yu Mi : Tapi tetap saja. Bagaimana jika dia membalas kita karena ini?
Ja Young kesal mendengarnya.
Ja Young : Kwon Yu Mi-ssi, menurutmu kau harus mengatakan itu?
Da Jung : Aku melakukannya karena teringat putriku. Jika putriku dalam situasi yang sama dan tidak ada yang membantunya, aku merasa itu akan membuatnya trauma seumur hidup. Karena itu aku melakukan itu. Jika aku ikut campur, aku minta maaf.
Yu Mi tertegun mendengarnya.
Tiba-tiba, Ji Na datang. Ji Na memanggil Yu Mi sambil menatap sengit Da Jung.
Yu Mi pun pergi begitu saja dengan Ji Na.
Ja Young kesal.
“Bagaimana bisa dia bahkan tidak berterima kasih padamu?”
“Tidak apa-apa. Dia pasti kesal soal insiden itu. Jangan mengkritiknya.”
Di arena stadion, Ji Hoon bertemu dengan dua orang dari tim lawan, Dae Han.
“Kau sukses belakangan ini. Aku menikmati wawancaramu.”
Ji Hoon berterima kasih.
“Satu hal saja, apa kau menyukai pembawa berita itu?”
Ji Hoon kaget, apa?
Ji Hoon fikir yang dimaksud mereka Da Jung, ternyata mereka menyebutkan Yu Mi.
Ji Hoon menyangkal. Mereka tak percaya.
“Saat aku menonton wawancaramu, aku tahu kau membicarakan Kwon Yu Mi. Fokuslah pada permainanmu. Kau tahu banyak pelempar mengizinkanku mencetak home run karena mereka sibuk dengan kehidupan cinta mereka, bukan? Kita, pemain bisbol, harus pandai bermain bola.”
Dua orang itu langsung pergi.
Ji Hoon menatap mereka kesal.
Ji Hoon sudah bersiap di lapangan.
Anggota Tim Dae Han yang tadi sok menasehati Ji Hoon, mulai masuk ke lapangan. Dia pemukul keempat dari Tim Daehan, Kang Sin Woo, yang berjalan ke kotak pemukul.
“Ini persaingan antara pelempar bintang dan pemukul bintang. Mengingat momen yang Kang bangun belakangan ini, Ye pasti sangat tertekan.” ucap moderator.
Tapi kenyataannya, tetaplah Tim Seum yang menang.
Deok Jin lagi makan ramen sambil menonton pertandingan Seum melawan Dae Han.
Lalu Woo Young datang sama Si Woo.
Deok Jin yang duduk membelakangi pintu sejak awal dan tak tahu Woo Young datang bersama Si Woo, bilang ke Woo Young kalau dia takkan menyerah.
Woo Young : Appa.
Deok Jin : Kau bisa memanggilku sesukamu. Aku menolak dipanggil appa.
Si Woo pun bersuara. Dia bilang, dia datang.
Deok Jin langsung berdiri sambil memegang mangkuk mie nya. Dia kaget melihat Si Woo. Saking kagetnya dia sampai memuntahkan lagi apa yang ada di dalam mulutnya.
Deok Jin lalu mengajak Si Woo makan ramen dengannya. Si Woo yang jijik, menolak.
Woo Young : Lupakan saja. Aku akan memasak untukmu Si Woo-ya.
Woo Young langsung ke dapur. Si Woo dan Deok Jin duduk di meja makan.
Si Woo melihat pertandingan Ji Hoon dan memuji Ji Hoon hebat.
Woo Young yang mendengar itu, hanya bisa terdiam.
Da Jung ada di kantin sama produser ‘Pasangan Dalam Krisis’. Da Jung mengaku senang acara mereka diterima dengan baik. Produser bilang itu berkat Da Jung.
Da Jung merendah, dia bilang dia tak berbuat banyak tapi produser tetap memuji Da Jung, bilang acara mereka sukses karena Da Jung.
Produser lalu memastikan soal Da Jung yang sudah mendengar bahwa acara mereka akan menjadi acara reguler. Da Jung mengiyakan kalau dia sudah tahu.
Pak Heo mengizinkan Ja Young, Ki Tae dan Yu Mi pulang.
Tapi saat mau pulang, Ja Young tak sengaja melihat iklan ‘Pasangan Dalam krisis’.
Ja Young : Bukankah itu Pasangan Dalam Krisis? Ini iklan yang belum pernah ada.
Ki Tae, Yu Mi dan Pak Heo langsung menontonnya.
Iklan lalu menampilkan Aktris Kim Bit Na sebagai host baru mereka.
Pak Heo marah, ini tidak benar! Da Jung menyelamatkan acara ini!
Ja Young dan Ki Tae setuju.
Ja Young : Pemirsa menonton acara itu untuknya!
Ki Tae : Ini harus menjadi acara Da Jung.
Si Woo juga melihat iklannya sama Woo Young dan Deok Jin.
Si Woo sedih.
“Kupikir ibuku akan menjadi pembawa acara jika acara ini menjadi acara reguler.”
Woo Young dan Deok Jin sama-sama menatap Si Woo.
Produser mencoba memberi penjelasan kalau ia terus mempertahankan Da Jung sebagai host mereka tapi para petinggi menolak dan menyuruhnya mengganti Da Jung dengan orang yang lebih populer.
Da Jung kecewa mendengarnya.
Produser minta maaf karena tak bisa berbuat banyak.
Da Jung : Aku mengerti.
Produser : Benarkah?
Da Jung : Meski begitu, aku agak kecewa.
Produser : Tentu saja. Kau bekerja sangat keras untuk acara kami.
Da Jung : Bukan soal itu. Aku mengerti bahwa pemberitahuan mendadak sudah umum di industri televisi. Tapi seharusnya kau memberitahuku kau sudah mendapatkan pembawa acara baru. Ini hal kecil yang bisa kau lakukan kepada kolega yang bekerja keras bersamamu. Tidak nyaman membahas ini, tapi kupikir aku harus menyampaikan ini.
Da Jung lalu pergi. Tapi baru keluar dari gedung JBC, Ji Hoon datang menjemputnya. Da Jung kaget melihat Ji Hoon.
Ji Hoon : Haruskah kau bertanya? Aku kekasihmu.
Da Jung : Apa?
Da Jung lalu melihat iklan Pasangan Dalam Krisis yang menampilkan Kim Bit Na di layar raksasa.
Da Jung pun tanya apa Ji Hoon datang untuk menenangkannya.
Ji Hoon : Kau menenangkanku saat keadaan juga sulit bagiku. Izinkan aku membalas budi. Pasti ada tempat yang harus kita kunjungi.
Da Jung : Begitu. Tapi aku harus pergi ke suatu tempat juga.
Ji Hoon : Kau punya rencana lain?
Da Jung bilang tidak. Da Jung lalu menunjukkan paper bag yang ia pegang dan bilang kalau ia harus memperbaiki sepatunya.
Ji Hoon : Syukurlah. Kita bisa mampir ke toko.
Bersambung ke part 3…