Tentangsinopsis.com – Sinopsis 18 Again Episode 12 Part 4, Dibaca full list episodenya di tulisan yang ini gaes. Sedangkan Kamu bisa membaca cerita lain yakni Episode sebelumnya baca di sini.
Da Jung kaget Ji Hoon mengaku tahu alasan dibalik sikap aneh Woo Young.
Da Jung pun tanya, apa alasannya.
“Kau sungguh tidak tahu? Anak itu menyukaimu.” jawab Ji Hoon.
Da Jung tak percaya.
“Dia tidak di usia untuk memikirkan sesuatu dan menyukai seseorang.” ucap Ji Hoon.
Bo Bae ke minimarket, menemui Si A. Si A heran melihat Bo Bae yang agak murung.
“Ada apa? Apa terjadi sesuatu?” tanya Si A.
“Apa pendapatmu tentang Woo Young?” tanya Bo Bae.
“Go Woo Young? Apa kau menyukai Go Woo Young?”
“Aku tidak bisa menyukainya lagi.”
“Kenapa?”
“Aku menyatakan perasaan dan dia menolak. Woo Young menyukaimu Si A.”
Sontak Si A kaget mendengar Woo Young suka padanya.
Nyonya Hong sedang menonton drama bersama anak dan cucu perempuannya.
Di drama itu menceritakan tentang pria yang menyukai wanita, tapi si wanita gak peka sama perasaan prianya padahal si pria sudah sering menunjukkan kalau ia suka sama si wanita.
Nyonya Hong sewot karena si wanita tak peka dengan perasaan si pria.
“Apa maksudmu kau tidak tahu? Sudah jelas dia menyukaimu.”
Nyonya Hong lalu melirik Da Jung, benar kan?
Tapi yang dilirik lagi mikirin Woo Young. Dia ingat perhatian Woo Young selama ini.
Dia juga ingat makan malam terakhir kali. Woo Young terus memandangnya dan bilang kalau dia cantik.
Da Jung gak percaya Woo Young menyukainya.
Si A juga lagi mikrin Woo Young. Dia ingat saat Woo Young memayunginya dan memberinya payung agar ia tak kena flu.
Dia juga ingat saat Woo Young memotretnya di pensi dan memujinya cantik.
“Jadi, itu semua karena dia menyukaiku?” batin Si A.
Da Jung dan Si A lalu sama-sama menghela nafas.
Nyonya Hong heran melihat mereka.
“Ada apa dengan kalian berdua?”
Da Jung ngebatin lagi.
“Apa lebih baik menghindarinya saja?”
Si A juga ngebatin.
“Bagaimana mungkin? Aku bertemu dengannya setiap hari.”
Da Jung masih ngebatin.
“Tunggu. Kenapa aku merenungkan ini?”
Da Jung dan Si A lalu sama-sama meyakinkan diri mereka kalau Woo Young gak menyukai mereka.
Pria di drama lalu berseru, aku menyukaimu bodoh!
Da Jung dan Si A sama-sama teriak, bagaimana bisa!
Nyonya Hong bingung sendiri.
“Kenapa kalian berlebihan? Dia jelas-jelas terlihat menyukainya.”
Da Jung dan Si A pamit ke kamar.
Nyonya Hong kaget karena Da Jung dan Si A menutup pintu kamar dengan cara dibanting.
Ae Rin dan Deok Jin masih di bar.
Ae Rin menyuruh Deok Jin mencari wanita lain.
Deok Jin bilang tak bisa. Dia tak merasa gugup saat melihat wanita lain.
Ae Rin gak percaya, astaga. Bagaimana mungkin?
“Itu benar. Aku tidak merasa gugup saat melihat wanita lain.” jawab Deok Jin.
“Bagaimana jika aku merayumu? Kau akan merelakannya?” tanya Ae Rin.
Deok Jin pun langsung menatap Ae Rin.
“Apa aku gila digoda olehmu? Itu tidak akan pernah terjadi.” ucap Deok Jin.
“Begitukah?” tanya Ae Rin dengan pose menggoda.
Ae Rin mengambil pulpen dan kertas kecil dari tasnya.
Lalu dia mulai menulis.
Selesai menulis, Ae Rin kembali menatap Deok Jin dengan pose menggodanya.
“Tapi apa kau begitu menyukai wanita itu?”
“Mengatakan aku menyukainya tidaklah cukup. Bu Ok terlalu baik untukku.”
“Ada apa denganmu? Menurutku, kau cukup jantan.”
Deok Jin kaget, aku?
“Saat kau menyelamatkanku dari mantan kekasihku, kau terlihat bisa diandalkan.”
“Benarkah?”
Ae Rin meremas bahu Deok Jin.
“Itu membuatku berpikir, aku ingin terus bersandar padamu. Kau pria yang baik. Percaya dirilah.”
Deok Jin mulai senang.
Ae Rin lalu dengan sengaja menjatuhkan penanya. Setelah itu, ia berdiri dan mengambil pulpennya sembari memasang pose menggoda di depan Deok Jin.
Ae Rin lantas memberikan kertas yang sudah ia tulisi tadi ke Deok Jin.
Setelah itu, ia beranjak pergi tapi baru beberapa langkah dia berbalik dan menatap Deok Jin pose menggodanya.
Ae Rin dengan isyarat tangannya menyuruh Deok Jin membaca kertasnya. Deok Jin mengerti. Ae Rin pun pergi.
Deok Jin membacanya.
“Jika kau gugup, temuilah orang lain.”
Deok Jin langsung meneriaki Ae Rin, HEI! HEI!
Sampai semua mata pengunjung langsung menatap ke arahnya.
Pintu lift terbuka. Ae Rin dan Deok Jin sama-sama masuk ke lift. Tapi Deok Jin menatap sengit Ae Rin. Sementara Ae Rin pasang wajah cuek.
“Hei, Chu Ae Rin. Beraninya kau merayuku.”
“Katamu tidak bisa merasa gugup. Tapi kau tertipu.”
“Tidak! Itu tidak benar!” jawab Deok Jin sambil melompat-lompat.
Tiba-tiba saja, lift terguncang dan berhenti usai Deok Jin melompat-lompat.
Ae Rin pun segera memencet tombol intercome.
“Permisi. Liftnya berhenti.”
“Baik. Aku akan segera naik.” jawab petugas.
Lift pun berguncang lagi. Keduanya terkejut, apalagi Deok Jin yang sampai sesak napas. Deok Jin bilang dia punya trauma.
Deok Jin akhirnya tak sadarkan diri.
Dengan tangan gemetar, Ae Rin meletakkan jarinya dibawah hidung Deok Jin. Seketika ia panic.
“Temanku tidak bernapas! Tolong kami!”
Petugas menyuruh Ae Rin ngasih napas buatan.
Ae Rin gak mau.
Petugas bilang butuh waktu tiba disana dan minta Ae Rin melakukan CPR sebelum terlambat.
Dengan berat hati, Ae Rin pun memencet hidung Deok Jin dan membuka mulut Deok Jin.
Tapi tetap saja endingnya dia gak bisa ngasih napas buatan ke Deok Jin.
Ae Rin nangis, Deok Jin-ah. Mianhae.
Tepat saat itu pintu lift terbuka.
Deok Jin pun siuman tapi begitu siuman, dia mendapati dirinya di sebuah tempat tidur besar. Ia lalu melihat sekeliling dan mendapati dirinya berada di tengah-tengah taman. Bu Ok dengan kostum Putri Yasmin berjalan ke arah Deok Jin. Deok Jin bingung sendiri. Apalagi saat Bu Ok menghampirinya dan tanya apa dia baik-baik saja. Deok Jin pun bertanya, apa dia sedang bermimpi atau sudah meninggal.
Bu Ok pun tanya apa maksud Deok Jin dan terus memanggil-manggil Deok Jin.
Ternyata itu memang Bu Ok dan Deok Jin ada di rumah sakit. Deok Jin melihat sekelilingnya. Dia lalu terkejut dan lekas duduk.
“Bu Ok.”
Bu Ok marah, kau tahu betapa cemasnya aku?
Deok Jin heran, kau cemas?
Bu Ok tak menjawab lagi dan menyuruh Deok Jin berbaring. Dia bilang, dokter menyuruh Deok Jin istirahat.
“Tapi bagaimana kau tahu untuk datang ke sini?”
“Temanmu meneleponku dan bilang kau mendadak pingsan.”
Deok Jin bingung, temanku?
Dan ternyata Ae Rin lah teman Deok Jin yang dimaksud Bu Ok. Ae Rin berdiri di depan pintu dan tersenyum karena berhasil mempertemukan Deok Jin dan Bu Ok.
Pagi-pagi, Woo Young sudah berdiri di depan rumahnya. Tangannya memegang satu paper bag kecil.
Da Jung keluar dan terkejut melihat Woo Young.
Da Jung ngebatin, kenapa dia datang pagi-pagi sekali?Apa dia benar-benar di sini karena aku? Dia gila!
Nyonya Hong keluar membawa kantong sampah dan terkejut melihat Woo Young.
Woo Young menyapa Nyonya Hong, lalu mendekati mereka.
Da Jung masih menatap kesal Woo Young dan bicara dalam hatinya.
“Tidak bisa begini. Aku harus buat batasan.”
Da Jung dengan juteknya tanya sedang apa Woo Young pagi-pagi di depan rumahnya.
Woo Young pun memberikan paper bag itu ke Da Jung.
Da Jung tanya itu apa dan kenapa Woo Young memberikan padanya.
“Ini pakaian Si Woo yang kupinjam kemarin.”
“Kau tidak perlu membawanya pagi-pagi sekali. Itu merepotkan.”
Melihat sikap Da Jung yang mendadak tidak baik ke Woo Young, Nyonya Hong menegur Da Jung.
“Ada apa denganmu?”
Da Jung ngebatin lagi sambil menatap kesal Woo Young.
“Kau hanya datang untuk itu? Alasan yang payah.”
Da Jung lalu bilang kalau ia sudah terlambat dan bergegas pergi.
Nyonya Hong yang merasa tak enak sama Woo Young, mencoba menjelaskan alasan Da Jung marah-marah. Dia bilang Da Jung marah karena sudah terlambat. Nyonya Hong lalu menyuruh Woo Young ke sekolah dan meminta paper bag nya.
Si A keluar dan terkejut melihat Woo Young.
Si A ngebatin juga, ngapain Woo Young disana. Apa Woo Young datang untuk menemuinya? Si A juga ngatain Woo Young udah gila.
Woo Young senang Si A gak terlambat kali ini.
Si A jutek, kenapa kau peduli aku terlambat atau tidak?
“Kenapa kau harus bicara seperti itu? Itu kejam sekali.” jawab Woo Young.
“Kenapa dia memperhatikan semua perkataanku? Itu berlebihan!” batin Si A.
Si A lalu pergi dan berjalan melewati Woo Young sambil berkata kalau Woo Young selalu menganggap semuanya kejam.
Nyonya Hong pun bingung sendiri. Dia bertanya-tanya ada apa dengan Da Jung dan Si A.
Si Woo keluar. Si Woo bersikap ramah pada Woo Young. Si Woo minta maaf karena membuat Woo Young menunggu.
Woo Young bilang sama sekali tidak.
Mereka lalu pamit pada Nyonya Hong dan beranjak pergi.
Nyonya Hong melihat mereka merasa mereka mirip.
Ae Rin berdiri di depan lift. Begitu pintu lift terbuka, dia melihat Deok Jin ada di lift.
Ae Rin masuk.
“Hei, bagaimana dengan wanita semalam? Berjalan lancar, bukan?” tanya Ae Rin sambil senyum-senyum.
“Tidak? Bagaimana kau bisa merusaknya kali ini?” tanya Ae Rin.
Deok Jin bilang bukan seperti itu.
Ternyata Bu Ok masih menolak Deok Jin. Deok Jin pun penasaran. Dia tanya, kenapa mereka tetap tidak bisa berkencan padahal Bu Ok mencemaskannya. Bu Ok bilang karena dia seorang guru, jadi tidak mungkin dia mengencani wali murid.
Ae Rin yang mendengar cerita Deok Jin, tak terima. Dia bilang itu gak adil.
“Kau bahkan bukan orang tua sungguhan. Kenapa kau tidak bisa mengatakan yang sebenarnya?”
“Bagaimana caranya? Bagaimana dengan Dae Young?”
Ae Rin kesal tapi dia juga memuji kesetiakawanan Deok Jin.
Ae Rin lantas menyuruh Deok Jin melupakan Bu Ok.
Deok Jin gak mau, aku tidak bisa melakukan itu!
“Tidak ada cara lain. Menyerah saja!”
“Aku tidak bisa!”
“Menyerah saja!”
“Tidak! Cintaku tulus!”
Bersamaan dengan itu, pintu lift terbuka dan dua staf Deok Jin udah berdiri di depan lift. Mereka kaget saat mendengar Deok Jin bilang cintanya tulus.
Deok Jin dan Ae Rin juga kaget melihat mereka.
Mereka masuk. Lalu mereka sama-sama ngeluarin ponsel dan saling SMS-an. Sementara Deok Jin dan Ae Rin saling menjauh.
“Tidak mungkin! Aku tidak tahu Pak Go sangat terus terang.”
“Benar sekali. Mereka berdua tampak serasi.”
“Benar, bukan? Kuharap hubungan mereka lancar.”
Deok Jin dan para staf nya rapat.
“Persiapan pesta peluncuran untuk gim baru malam ini berjalan lancar, bukan?”
“Ya!”
“Semua orang terkenal dari media sosial hingga model gim kita, Ye Ji Hoon, akan hadir. Pastikan semua berjalan lancar.”
“Ya.”
“Satu hal lagi. Akan ada acara penting di pesta malam ini.”
Dua staf nya penasaran acara apa.
Deok Jin bilang pengakuan.
“Aku akan membuat pengakuan yang layak.”
Sontak lah para staff nya langsung bersorak.
“Pak Go tidak lagi melajang!”
“Akhirnya kau punya pasangan!”
Bu Ok lagi main gim saat ponselnya berbunyi. SMS dari Deok Jin.
“Bu Ok, beri aku kesempatan terakhir untuk mengatakan sesuatu. Tolong hadiri pesta malam ini.” pinta Deok Jin di SMS nya.
Bu Ok terdiam.
Malamnya, orang-orang sudah mulai berdatangan ke pesta. Banner Ji Hoon ada dimana-mana dengan caption, ‘Sparta : King of War’. Deok Jin sedang melakukan siaran langsung sama seorang wanita dan minta semua orang mendukung Sparta.
Da Jung datang bersama Ae Rin. Ae Rin kagum melihat banner-banner Ji Hoon yang diletakkan di depan pintu masuk.
Da Jung memuji Deok Jin. Dia bilang, Deok Jin jelas tahu cara mengadakan pesta.
Ae Rin juga ikutan memuji Deok Jin. Dia bilang Deok Jin salah satu yang lebih baik diantara semua pecinta anime.
Ae Rin lalu melihat kedatangan Ji Hoon.
Ji Hoon datang, diikuti oleh dua pengawalnya. Begitu dia datang, para wanita langsung menjerit heboh.
“Astaga. Ye Ji Hoon terlihat sangat seksi secara langsung. Dia bisa menghancurkan Persia hanya dengan kedatangannya.” ucap Ae Rin.
“Apa dia setampan itu?” tanya Da Jung.
“Kau sering mewawancarai dia dan kau tidak menyadarinya? Jika dia memakai jubah, dia akan menjadi Leonidas I. Sparta!” jawab Ae Rin.
Da Jung tertawa dan memukul lengan Ae Rin. Mereka sama-sama tertawa.
Ji Hoon akhirnya melihat Da Jung. Ia tersenyum bahagia melihat Da Jung. Da Jung pun juga tersenyum pada Ji Hoon.
Ji Hoon lalu beranjak mendekati Da Jung.
“Halo Bu Jung.” sapa Ji Hoon.
“Fotomu tampak bagus.” ucap Da Jung.
Ae Rin mengulurkan tangannya ke Ji Hoon. Dia bilang dia penggemar Ji Hoon.
“Terima kasih. Semua penggemarku sangat cantik.” balas Ji Hoon.
“Dia pria yang sangat jujur.” ucap Ae Rin ke Da Jung.
Ponsel Ae Rin berbunyi. Ae Rin pun sedikit agak kesal mengetahui siapa yang menelponnya.
“Ini bosku.” ucapnya pelan.
Ae Rin lalu pamit pada mereka dan menjawab teleponnya.
Ji Hoon memuji Ae Rin sebagai teman yang menyenangkan. Gak cuma itu Ae Rin sih. Dia juga muji Da Jung cantik.
“Kau jujur, bukan?” tanya Da Jung.
“Tentu saja. Bibirku akan miring jika berbohong sekarang.” jawab Ji Hoon.
Abis itu, Ji Hoon malah memiringkan bibirnya. Da Jung tertawa melihatnya, lalu mengaku bahwa ia sudah menduga Ji Hoon akan melakukan itu.
Ji Hoon lalu diberitahu pengawalnya kalau sudah waktunya acara tandatangan. Ji Hoon mengiyakan, lalu berpesan pada Da Jung supaya Da Jung menikmati pestanya.
Ji Hoon lantas pergi.
Ditinggal Ji Hoon sama Ae Rin, Da Jung melihat-lihat sekelilingnya. Tiba-tiba dia melihat Woo Young datang. Sontak lah Da Jung kaget.
“Kupikir dia tidak datang. Kenapa dia disini?” gumamnya. Da Jung lalu kabur, menghindari Woo Young. Woo Young heran Da Jung malah pergi.
“Apa dia tidak melihatku?” ucap Woo Young. Lalu Woo Young mengejar Da Jung.
Da Jung terus menoleh ke belakang sambil berlari dan semakin berlari saat melihat Woo Young mengejarnya.
Da Jung berlari hingga mendekati kolam renang. Karena terus melihat ke belakang, Da Jung sampai menabrak seorang pria dengan kostum gladiator di depannya. Da Jung terkejut dan jatuh ke kolam.
Melihat itu, Ae Rin menjerit bilang kalau Da Jung gak bisa berenang.
Woo Young yang tahu Da Jung gak bisa berenang, langsung nyebur.
Begitu pula Ji Hoon saat melihat Da Jung kelelep.
Kecuali Deok Jin yang masang muka heran karena kolam renangnya dangkal.
Ji Hoon, Da Jung dan Woo Young pun akhirnya sadar kalau kolam renangnya gak dalam.
Baik Ji Hoon mau pun Woo Young sama-sama tanya, apa Da Jung terluka.
Da Jung masih kaget, terlebih Woo Young ikut nyebur.
“Tidak, aku baik-baik saja.” ucapnya ke Ji Hoon.
Da Jung lalu melihat ke Woo Young.
“Ya.” ucapnya ke Woo Young.
Air mendadak turun dari atas, seperti hujan. Waktu seperti melambat.
Da Jung menatap Ji Hoon dan Woo Young secara bergantian.
Woo Young dan Ji Hoon sama-sama mengeringkan diri di toilet.
“Katamu tidak akan datang. Tapi kau di sini.”
Woo Young jutek, aku kemari bukan untuk menemanimu.
“Kalau begitu, kau kemari untuk menemui Bu Jung?”
“Tentu saja…” Woo Young kesal, lalu tanya, kenapa itu penting buat Ji Hoon.
Ji Hoon pun bilang karena dia menyukai Da Jung.
“Jika kau mengejarnya karena kau mengalami pubertas, kuharap kau berhenti di sini.”
Woo Young tak peduli. Dia memakai bajunya dan bilang terserah.
Ji Hoon juga memakai bajunya.
Woo Young lalu menatap Ji Hoon.
“Ye Ji Hoon-ssi, apa yang kau lihat bukanlah segalanya. Pilih pasanganmu dengan hati-hati. Mengerti?”
Woo Young lantas menepuk bahu Ji Hoon, lalu keluar dari toilet.
Da Jung juga sudah selesai ganti baju. Dia lalu melihat Si A datang sama Bo Bae.
Bo Bae senang dan tidak percaya bisa bertemu langsung dengan Ji Hoon.
Da Jung mau mendekati mereka. Bersamaan dengan itu, Bo Bae melihat Woo Young.
“Apa? Woo Young juga datang.” ucap Bo Bae.
Langkah Da Jung langsung berhenti.
Si A kaget, Woo Young?
“Astaga, aku benar. Dia menyukaimu melihat dia mengikutimu ke sini.”
“Astaga, sudah kubilang tidak. Perusahaan ayahnya meluncurkan gim ini. Dia datang untuk menemui ayahnya.”
“Jangan menyangkalnya. Sudah jelas dia menyukaimu.”
Mereka lalu melihat Woo Young jalan ke arah mereka.
Si A minta Bo Bae menunggunya dan bergegas ke Woo Young.
Si A ngajak Woo Young bicara.
Begitu Si A dan Woo Young pergi, Da Jung mendekati Bo Bae.
“Begini, ini tentang apa yang baru saja kau katakan. Benarkah itu?”
“Apa yang baru saja kukatakan?” Bo Bae lalu mengingat apa yang baru saja ia katakan.
“Begitu rupanya. Woo Young menyukai Si A?”
“Ya. Apa Woo Young sungguh menyukai Si A?
“Ya. Dia menjaganya dengan baik di sekolah. Dia membuatnya terlihat jelas.”
Da Jung lalu ingat saat di depan kantor polisi, Woo Young manggil ibunya dengan panggilan ‘ibu’. Nyonya Hong bilang, ia tahu Woo Young menyukai Si A tapi itu terlalu cepat karena mereka masih sekolah.
Da Jung pun jadi malu sendiri karena mengira yang disukai Woo Young sebenarnya Si A, bukan dia.
Sementara itu, Si A bilang ke Woo Young kalau ia akan berterus terang. Si A tanya, apa Woo Young suka padanya.
“Tentu saja.” jawab Woo Young.
Si A udah panic, tapi berikutnya Woo Young bilang kalau mereka teman.
“Teman?”
“Ya.”
Si A langsung senang, sudah kuduga. Sudah kuduga aku benar.
Si A lalu berterima kasih. Dia bilang, Woo Young udah baik padanya di setiap kesempatan.
“Kurasa aku tidak bisa punya teman yang lebih baik darimu. Kalau begitu, kuharap kita bisa berteman baik di sini. Aku juga akan berusaha menjadi teman yang baik untukmu.”
Woo Young senang mendengarnya.
“Si A akhirnya menerimaku sebagai temannya. Bukan teman biasa, tapi teman baik.” batin Woo Young.
Ji Hoon masih sibuk ngasihin tandatangannya. Tiba lah giliran Si A dan Bo Bae. Si A senang Ji Hoon ingat namanya. Ji Hoon lalu melihat Si A datang bawa teman.
Si A bilang, Ji Hoon ngasih dia dua tiket jadi ia mengajak temannya.
Mereka lalu berfoto bersama pakai ponsel Si A.
Woo Young yang melihat itu dari jauh, panas.
“Astaga. Aku tidak mengerti alasan Si A sangat menyukai bedebah itu.” gumam Woo Young, sampai gak sadar kalau Da Jung udah berdiri di dekatnya.
Da Jung mendengar yang Woo Young barusan katakan.
Da Jung pun mulai bernapas lega karena mengira yang Woo Young suka adalah Si A.
Da Jung lalu memanggil Woo Young dan mengajaknya bicara.
Mereka bicara di atas. Da Jung minta maaf atas sikap kasarnya tadi pagi ke Woo Young.
“Kau sudah menjaga Si A saat dia sakit. Kau membantu Si Woo bermain basket. Setiap kali aku merasa sedih, kau menenangkanku. Kau selalu baik kepadaku. Maafkan aku. Dan terima kasih.”
Woo Young lalu tanya apa ia menyinggung Da Jung.
Da Jung bilang enggak dan menjelaskan, kalau setiap kali dia melihat Woo Young dia ingat masa lalunya.
“Apa kau membenciku karena aku mirip Paman Dae Young?”
“”Benci?” Tidak. Bagaimana bisa? Aku harus minta maaf kepadanya.”
“Tidakkah kau membenci Paman Hong Dae Young?”
“Tidak mungkin. Aku bisa berterima kasih untuk banyak hal.”
Da Jung tiba-tiba merasa sedih dan mengalihkan pandangannya. Lalu dia melihat bulan di langit hanya separuh.
“Bulannya ada separuh.”
“Benar. Tepat separuh.”
“Sudah lama sejak aku melihat bulan separuh. Kuharap separuhnya lagi baik-baik saja. Meski aku tidak bisa melihatnya, Kuharap dia baik-baik saja.”
Mata Da Jung mulai berkaca-kaca.
Woo Young yang sudah tak tahan lagi, mendaratkan tangannya di tangan Da Jung. Da Jung menoleh dan Woo Young menciumnya. Sontak ia kaget dicium Woo Young.
Bersambung……
EPILOG :
Deok Jin berdiri di hadapan semua tamunya dan berterima kasih karena sudah datang ke acara peluncuran Sparta.
Semua tamu tepuk tangan. Ae Rin berdiri bersebelahan dengan Bu Ok. Dan dua staf Deok Jin berdiri di sebelah Ae Rin.
“Acara hari ini berakhir. Tapi ada acara yang sangat istimewa. Aku akan menyatakan perasaanku kepada seseorang di acara ini. Seperti yang kalian tahu, aku penggemar berat gim. Dengan kata lain, aku penggemar yang sukses. Orang-orang di sekitarku sangat mengkhawatirkanku karena aku penggemar berat gim. Mereka khawatir aku terlalu terjebak di duniaku sendiri dan tidak akan mencintai siapa pun.”
Deok Jin lalu menatap Bu Ok.
“Tapi kau mengubahku.” ucap Deok Jin.
Bu Ok menatap Deok Jin dan terdiam.
“Aku sangat nyaman tinggal di duniaku sendiri, tapi berkat kau, aku bisa masuk ke dunia yang lebih besar. Aku masih harus banyak belajar, tapi aku ingin berusaha untukmu. Kumohon berkencanlah denganku.
Deok Jin meletakkan mic nya di lantai dan menggantinya dengan sekota cincin. Dia berlutut dan menyodorkan cincin itu yang sudah jelas buat Bu Ok.
Bu Ok mau maju tapi dua staf Deok Jin malah menarik Ae Rin ke depan.
Deok Jin dan Ae Rin sama-sama kaget. Deok Jin tanya ngapain Ae Rin disana. Ae Rin juga bingung kenapa dia disana. Bu Ok yang melihat itu kesal dan beranjak pergi.
Deok Jin mengejar Bu Ok. Ae Rin mengejar Deok Jin.
Dua staf Deok Jin yang melihat itu merasa mereka udah bikin kekacauan.
Deok Jin berhasil mengejar Bu Ok. Bu Ok marah, mengira Deok Jin mengundangnya agar dia bisa melihat Deok Jin nembak Ae Rin.
Ae Rin datang, dan membantu menjelaskan. Dia bilang dia sama Deok Jin udah temenan 20 tahun dan sudah seperti saudara.
Bu Ok menatap Deok Jin. Ia tanya apa yang dibilang Ae Rin benar.
Deok Jin mengiyakan, lalu menunjukkan cincinnya ke Bu Ok. Ia bilang saat Bu Ok naik ke panggung, ia mau ngasih itu cincin ke Bu Ok.
“Sulit, tapi kudapatkan dari kolektor. Ini Batu Realitas. Dr. Strange memiliki Batu Waktu. Batu Jiwa ada di Planet Vormir.” ucap Deok Jin.
Bu Ok meminta Deok Jin diam.
Ae Rin bingung, apa ini?
Bu Ok tersenyum, lalu mengambil cincinnya dan menerawang cincin itu.
Saat itulah mereka melihat Woo Young mencium Da Jung. Mereka kaget.
Da Jung marah. Dia mendorong Woo Young juga menamparnya.